sponsor

Wednesday 30 May 2012


Ulama Akherat , Ulama Dunia Featured

Rate this item
(2 votes)
Ulama Akherat , Ulama Dunia

Mengambil hati rakyat Indonesia, Jepang menempuh 'Jalan Islam', yakni berpura-pura mengakomodasi umat Islam dan tokoh-tokohnya hingga mereka semua bisa tunduk pada kepentingan Jepang. Sejumlah pemimpin pergerakan Indonesia mengambil sikap kooperatif terhadap Jepang, termasuk Soekarno-Hatta, KH. Wahid Hasyim, KH. Mas Mansyur, dan lainnya. Namun tidak demikian Haji Rasul. Ayahanda Prof. Hamka ini memiliki sikap teguh dalam memegang prinsip Islam. Walau dia tidak bersikap kooperatif, namun Haji Rasul juga tidak bergabung dengan pergerakan apa pun. Kesehariannya diisi dengan mengajarkan agama Islam kepada umat. Itu saja. Sosoknya yang begitu teguh membuatnya dihormati orang-orang Jepang. Sebab itu, beberapa tokoh Jepang mengenalnya dengan baik.


Suatu hari, serombongan tokoh pergerakan mengunjungi dirinya yang masih terbaring di tempat tidur. Haji Rasul terjatuh di tahun 1943 sehingga kondisi badannya yang telah tua kian lemah. Rombongan sahabat-sahabatnya ini baru saja pulang dari Tokyo bersama sejumlah pembesar Jepang. Mereka antara lain Soekarno, Hatta, KH. Wahid Hasyim (NU), Ki Bagus Hadikusumoh (Muhammadiyah), dan KH. Mas Mansyur. Haji Rasul tidak pandai menyembunyikan perasaan hatinya. Di depan rombongan tersebut, Haji Rasul tidak menampakkan wajah yang hangat. Rombongan pun memahami perasaan rekannya itu yang tidak menyetujui srategi kooperatif dengan Jepang yang mereka tempuh.
bersalaman dengan KH. Mas Mansyur, Haji Rasul berpesan, "Ingatlah Tuhan, Mansyur! Ingatlah dan insyaflah bahwa nasib umat Muslim terletak di atas pundakmu." Ucapan itu konon sangat menyentuh hati KH. Mas Mansyur sehingga dia pun kemudian jatuh sakit sepulangnya dari kunjungan.  Kepada Soekarno, Haji Rasul juga berpesan, "Janganlah terlalu mewah, Karno! Kalau hidup pemimpin terlalu mewah, segan rakyat mendekati!"  Soekarno hanya bisa terdiam.

Ketika penguasa militer Jepang meminta fatwa nikah mut'ah (kawin kontrak) dengan alasan mereka jauh dari keluarga selama berbulan-bulan, bahkan dalam bilangan tahun, banyak ulama yang mengiyakan. Jepang ingin agar mereka bisa "dihalalkan" ketika berhubungan dengan para jugun ianfu (perempuan pribumi yang dipaksa sebagai pelampiasan nafsu rendah para tentara Jepang). Tapi Haji Rasul tetap menolak dengan keras, sebagaimana dia menolak peraturan seikerei yang diundangkan penguasa militer Jepang. Seikerei adalah membungkukkan badan ke arah Tokyo setiap pagi, simbol penghormatan kepada Tenno Heika yang dianggap titisan Dewi Matahari Amaterasu. Haji Rasul bukannya tidak tahu konsekuensinya, bisa saja dia ditangkap dan disiksa, namun keteguhan imannya membuat ulama ini tetap tenang dan tidak menunjukkan rasa gentar sedikit pun. Sebab itu, penguasa militer Jepang pun menaruh hormat pada ulama yang kuat memelihara izzah Islam dalam dadanya ini.

Di pertengahan tahun 1945, penyakitnya kian bertambah parah. Kondisinya makin menurun, dan pada 2 Juni 1945, Haji Rasul pun menemui Sang Khaliq. Semua tokoh pergerakan menangisi kepergiannya. Penguasa Jepang pun melakukan penghormatan terakhir baginya. Kepergian tokoh besar ini meninggalkan banyak hikmah bagi bangsanya, umat Islam Indonesia. Haji Rasul merupakan seorang ulama yang istiqomah, tidak tergoda oleh zaman, dan tawadhu.

Sosok Haji Rasul ini merupakan salah satu contoh "Ulama Akherat", sebagaimana bunyi hadits Rasul SAW: "Ulama yang paling buruk adalah ulama yang suka mengunjungi penguasa, sementara penguasa yang paling baik adalah yang sering mengunjungi ulama." (HR. Ibnu Majah, dikutip oleh Imam Ghazali dalam Ihya 'Ulum ad-Din).

Dalam hadits yang lain, Rasul SAW berkata, "Kaum ulama adalah para pemegang amanat RAsul (untuk disampaikan) kepada hamba-hamba Allah selagi mereka tidak bergaul dengan para penguasa. Apabila mereka telah menjalin hubungan dengan para penguasa, berarti mereka telah berkhianat kepada Rasul. Oleh karena itu berhati-hatilah kamu kepada mereka dan jauhilah mereka." (HR. al-Uqayli. Lihat Al-Ghazali: "Kehidupan Ulama Dunia dan Akherat"; 1986; h.56).

Ulama Akherat dan Ulama Dunia
Imam Ghazali membagi ulama dalam dua kategori: Ulama Akherat dan Ulama Dunia. Yang pertama adalah ulama pewaris Nabi, warasat al-anbiya. Sedangkan yang kedua adalahulama su'. "Mereka inilah yang mempergunakan ilmunya untuk mendapatkan kepuasan duniawi, termasuk menjadikannya tangga untuk meraih pangkat dan kedudukan. Sementara itu, ulama akherat adalah ulama yang sadar betul akan ilmu yang dimilikinya. Ulama ini memiliki ciri-ciri antara lain, tidak memanfaatkan ilmu hanya untuk mencari keuntungan duniawi, konsekuen dengan ucapannya, sederhana, menjaga jarak dengan penguasa, tidak tergsa-gesa memberikan fatwa, mementingkan kata hati...

Ulama akherat hidup bersahaja dalam pengabdiannya yang shalih terhadap ilmu agama dan menjauhkan diri dari upaya mengejar kebendaan dan politik. Para ulama itu lebih senang melewatkan hari demi hari dalam kemiskinan daripada bergaul dengan raja dan konglomerat. Keseluruhan hidup mereka dimaksudkan untuk menyebarkan pengetahuan dan berjuang untuk mempertinggi moral masyarakat.

Sebaliknya, ulama dunia atau ulama su' selalu menginginkan kekayaan dan kehormatan duniawi. Celakanya, mereka tidak segan-segan berkhianat pada hati nurani, asalkan tujuan mereka tercapai. Dalam kenyataannya, ulama tersebut bergaul bebas dengan raja-raja dan pegawai pemerintah, serta memberikan sokongan moral terhadap tindakan mereka, tak perduli baik atau buruk. Terkait dengan ulama su', ada ilustrasi menarik yang dipaparkan Ibnu Mas'ud : "Kelak akan datang suatu masa tatkala hati manusia asin; ilmu tidak bermanfaat lagi. Saat itu, hati ulama laksana tanah gundul dan berlapiskan garam. Meski disiram hujan, namun tidak setets pun air tawar nan segar dapat diminum dari tanah itu." Begitulah bila hati ulama cenderung mencintai dunia sehingga Allah mematikan sumber-sumber hikmah dan memadamkan pelita-pelita hidup.   

Di zaman sekarang, di mana kita hidup di negeri Muslim terbesar dunia, diakui atau tidak, kita tengah kekurangan sosok ulama akherat, ulama pejuang, seperti sosok Haji Rasul, Muhammad Natsir, HAMKA, dan ulama pejuang lainnya. Sebab itu, di negeri Muslim terbesar dunia ini, majalah Playboy bisa beredar dengan legal, tingkat korupsi selalu ranking teratas di seluruh dunia, perjudian dan prostitusi meraja-lela, kekayaan alam anugerah Allah banyak diberikan kepada perusahaan-perusahaan Yahudi, syariat Islam dianggap ketinggalan zaman, dan kerusakan-kerusakan lainnya. Negeri ini memang tengah meluncur ke jurang kebinasaan, haruskah iman dan akidah kita harus ikut tergadai? (fz)
  


Last modified on Wednesday, 30 May 2012 09:44

Seorang Ulam Islam terkemuka Saudi telah mengumumkan bahwa dirinya menawarkan hadiah sebesar 450 ribu dolar bagi orang yang bisa membunuh Presiden Suriah Bashar Al Assad, yang ia cap sebagai pembunuh.
Syaikh Ali Al Rubai mengatakan ia akan memberikan penghargaan untuk setiap orang yang berhasil membunuh pemimpin Suriah menyusul pembantaian yang dilakukan oleh loyalis Assad di lingkungan Houla di pusat kota Homs pekan lalu. Lebih dari 100 warga sipil, termasuk banyak anak-anak tewas dalam pembantaian itu.
"Kami mengumumkan hadiah sebesar 450 ribu dolar untuk setiap orang yang bisa memenggal kepala Bashar Al Assad sang pembunuh, pelaku pembantaian terhadap perempuan dan anak-anak yang mengerikan," katanya di halaman Twitter-nya, menurut surat kabar Arab Saudi Ajem.
Ulama Saudi, menggemakan kebijakan resmi negara mereka, yang menyerang Assad dan menyerukan kematiannya. Banyak dari mereka menggambarkan pemberontakan rakyat melawan rezim Suriah sebagai Jihad (perjuangan suci).(fq/emi24)
Wednesday, 30 May 2012 09:18
Published in Dunia Islam
Written by 

WEDNESDAY, MAY 30, 2012

Apabila Ummi Hafilda Permain Nama Allah Sewenang2 nya

Yang menghairankan Tulang Besi, tidak pernah Ummi Hafilda menyaksikan dengan mata kepala beliau Anwar berzina dengan kakak iparnya walaupun sekali. 

Namun, begitu mudah Ummi Hafilda bersumpah dengan nama Allah. 

Seolah2 hanya dengan sumpah, maka apa yang dituduh oleh beliau menjadi benar. 

Kalau Ummi ini boleh dipercayai, sudah tentu sewaktu pertama kali Anwar dituduh meliwat dulu rakyat sudah mempercayai beliau. 

Bagi Tulang Besi sekarang ini nama Allah SWT semudah-mudahnya dipermainkan. Umum sudah tidak takut lagi menjual nama Allah SWT untuk kegiatan politik murahan mereka. 

 Bayangkan si Ummi ini tidak pernah menyaksikan walau sekali pun tindakan zina Anwar Ibrahim dengan mata kepala beliau pun boleh bersumpah.

Dan bersumpah dengan nama Allah pulak tu.

Inilah agama UMNO. Agama yang menghalalkan pengunaan nama Allah SWT sewenang2 nya untuk menjual pembohongan dan fitnah.

Kalau ikut agama Islam, seseorang yang menuduh zina seperti apa yang Ummi buat ini wajib ditangkap polis dan dihadapkan di mahkamah untuk hukuman hudud.

Patutlah UMNO benci sangat2 dengan hukum hudud.

Yang paling Tulang Besi takutkan adalah bala Allah yang bakal turun kerana nama Nya digunakan sewenang2 nya untuk tujuan menyokong maksiat dan kemungkana


Habib Rizieq : Imam Ghazali menganjurkan gunakan kekuatan untuk nahi munkar tanpa izin penguasa.

Bilal
Senin, 21 Mei 2012 14:22:29
JAKARTA (Arrahmah.com) - Tanggapan danbantahan terhadap pernyataan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Ali Musthofa Ya’qub terus berdatangan. Kali ini bantahan terhadap pernyataan yang melarang nahi munkar dengan kekuatan dan membatasinya hanya patut dilakukan oleh penguasa serta berdalih dengan pendapat Imam Ghazali. Ditanggapi oleh Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab, bahwa nahi munkar dengan kekuatan justru diharuskan pada saat-saat tertentu.
“Dalam menyikapi rencana konser Lady Gaga di Indonesia, imam besar Masjid Istiqlal, Musthofa Ya’qub dalam acara ILC di TV One tanggal 19/5/2012 jam 20.00 s/d 23.000 wib dan tanggal 19/5/2012 jam 20 wib menyatakan bahwaHujjatul Islam Imam Al ghazali rahimahullah dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” melarang nahi munkar dengan kemunkaran seperti anarkisme. Ya, nahi munkar dengan kemunkaran atau anarkisme memang dilarang. Tetapi nahi munkar dengan kekerasan tidak ada larangan jika diperlukan,” kata Habib Rizieq melalui pesan singkatnya yang dikirimkan ke media Islam, Jakarta (21/5).
Lebih dari itu, menurut Habib Rizieq, yang ia temukan dalam kitabnya Imam Ghazali berbanding terbalik dengan pernyataan Ali Ya’qub yang melarang nahi munkar dengan kekuatan. Imam Ghazali menurutnya memberikan ruang bagi penggunaan power tanpa legitimasi penguasa.
“Justru, Imam Ghazali dalam kitab Ihya' nya tersebut menganjurkan nahi munkar dengan kekuatan senjata jika diperlukan, bahkan tidak perlu izin Imam/ pemerintahan. Apa Imam Ghazali dengan kitab Ihya' nya ada DUA? Yang satu menolak kekerasan dan yang lainnya menganjurkan kekerasan? Atau ada yang salah baca kitab?” ujarnya
Lanjut Habib Rizieq, Nabi SAW sudah memberikan contoh yang agung terkait penggunaan kekuatan dan bersikap lemah lembut dengan proporsional sesuai kebutuhan fitrah manusia dalam menghadapi keadaan.
“Dalam situasi perang Nabi SAW sangat keras, dan dalam situasi damai Rasulullah SAW sangat lembut  berdakwah tetapi sangat tegas dalam berhisbah (penegakan amar ma’ruf nahi munkar),” tuturnya.
Habib Rizieq pun memberikan fakta sejarah terkait kebenaran Rasulullah menggunakan kekuatan dan kekerasan dalam menghadapi kemunkaran.
“Buktinya beliau SAW membakar masjid dhiror, memecahkan gentong khamar, memukul pemabuk, mencambuk pelaku qodzaf, memotong tangan pencuri, dan merajam Zani Muhson,” tegasnya.
Habib Rizieq juga mengingatkan, bahwa bentuk kepatuhan terhadap penguasa ada batasannya, bukan membabi buta.
“Taat kepada ulil amri (baik diartikan ulama ataupun umara) memang wajib SELAMA si penguasa taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya,” pungkas Habib Rizieq. (bilal/arrahmah.com)


Jubir HTI : Kapal perang AS terkait kepentingan Amerika di Indonesia

Bilal
Rabu, 30 Mei 2012 11:15:45
JAKARTA (Arrahmah.com ) - Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menjelaskan bahwa penolakan HTI terhadap kedatangan Kapal perang Amerika Serikat di Surabaya sebagai himbauan dan peringatan kepada pemerintah terkait hidden agenda AS yang dibawa bersama kehadiran Kapal perang tersebut.
“Kapal perang itu datang tanggal 28 Mei- 8 Juni mereka bilang kan mau bakti sosial di Madura, dan latihan di Situbondo, kita mengingatkan kedatangan mereka merupakan awal intervensi Amerika untuk memastikan intervensi politik Amerika di negeri ini.” Kata Ustadz Ismail Yusanto kepadaarrahmah.com, Jakarta, Rabu (30/5).
Intervensi Amerika di Indonesia menurut Ustadz Ismail, dilatar belakangi oleh berbagai macam kepentingan yang sudah lama berjalan di negeri ini.
“Amerika banyak memiliki  kepentingan di sini terkait dengan minyak, tambang, dan gas. Sehingga Amerika merasa perlu memantau situasi politik berkenaan transisi kepemimpinan di Indonesia,”Jelasnya.
Tambah dia,  Amerika khawatir jika pergantian kepemimpinan di Indonesia akan menghasilkan pemimpin yang tidak mau dibayang-bayangi oleh negara paman Sam tersebut.
“Amerika ingin memastikan bahwa presiden Indonesia kemudian, merupakan sosok yang bisa menjamin kepentingan politik dan ekonomi Amerika.”pungkasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, ribuan massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jawa Timur menggelar demonstrasi di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Sabtu, untuk menolak rencana kedatangan tiga kapal perang AS pada 28 Mei 2012. kedatangan tiga kapal perang AS itu akan membawa 831 personel untuk melakukan bakti sosial di Madura serta latihan bersama dengan 1.244 personel TNI AL di Pantai Banongan, Situbondo pada tanggal 2--5 Juni mendatang. (bilal/arrahmah.com)


Berkontribusi Agar Yang Sedikit Menjadi Cukup



Ke-optimis-an saya dalam memberikan pelatihan entrepreneurship sering berbenturan dengan realita di lapangan bahwa faktanya mayoritas (calon) entrepreneur gagal mencapai tujuannya. Bahkan statistiknya di dunia-pun hanya 2 % sampai 20 % usaha pemula yang berhasil, tergantung bidang yang dipilih. Tetapi mengapa upaya menghasilkan para entrepreneur tersebut layak untuk terus diperjuangkan ? Ini adalah karena yang gagal-pun sebenarnya berkontribusi pada masyarakat luas dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan memberi peluang yang lain untuk berhasil.

Bukan hanya yang berhasil yang berperan, tetapi semua yang ikut mencobanya yang ikut berperan menciptakan lapangan kerja di masyarakat, memutar ekonomi, menggali peluang, mengatasi tantangan, menanggung resiko dlsb. sehingga secara akumulatif berputarlah ekonomi, terciptalah lapangan kerja dan mengalirlah penghasilan bagi masyarakat keseluruhan.

Ada cerita menarik dari perang Tabuk yang bisa kita jadikan inpirasi untuk mendorong kontribusi umat dalam menyelesaikan masalah nasional maupun global, seperti problem kemiskinan, kelaparan dlsb. Cerita lengkapnya saya ambilkan dari kitabnya Imam Nawawi “Riyadush Shalihin” berikut:

Ketika perang Tabuk orang-orang kelaparan, mereka berkata  : “Wahai Rasulullah, sekiranya engkau memberi ijin, kami akan menyembelih unta kami untuk kami makan dan lemaknya kami buat minyak”. Rasulullah menjawab : “Lakukanlah”. Umar datang lalu berkata : “Wahai Rasulullah, bila engkau lakukan seperti itu kendaraan akan menjadi sedikit. Tetapi perintahkanlah mereka untuk mengambil bekal mereka yang terisa, kemudian berdo’alah kepada Allah agar makanan tersebut berkah. Barangkali Allah mengabulkan, sehingga makanan tersebut menjadi berkah”. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab “Ya”, lalu beliau memerintahkan untuk digelarkan tikar, kemudian memerintahkan agar sisa bekal mereka dikumpulkan. Lantas datang seorang laki-laki membawa segenggam jagung, ada yang membawa segenggam kurma dan ada yang membawa segenggam roti.  Sehingga terkumpullah di atas tikar sesuatu yang serba sedikit. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendoakan agar diberi berkah. Lalu beliau bersabda : “ Ambillah dan masukkanlah ke wadah kalian”. Lalu mereka mengambil makanan tersebut dan dimasukkan ke kantong, bejana dan wadah-wadah mereka. Seluruh tempat diperkemahan itu dipenuhi makanan. Mereka makan hingga perutnya kenyang dan sisanya masih ada. Saat itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “ Aku bersaksi, bahwa tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Bila seorang berjumpa dengan Allah (kelak di hari kiamat) dan dia telah mengucapkannya, dia tidak ragu, maka wajib baginya surga.”” (HR. Muslim).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah kekasih Allah, kalau berdo’a pasti dikabulkanNya. Tetapi mengapa beliau tidak langsung berdo’a saja ? mengapa beliau harus mengumpulkan dahulu bekal-bekal yang masih tersisa meskipun serba sedikit dari pasukannya di perang Tabuk tersebut ?. Inilah prinsip dasar kontribusi kita dalam membangun keberhasilan.

Allah maha kuasa untuk menciptakan apa saja, termasuk menciptakan kecukupan pangan dan rezeki untuk makhluknya yang sepenuh bumi. Tetapi apa kontribusi kita dalam perjalanan menuju kesana ?. Kontribusi kita adalah ketika kita bekerja keras menciptakan lapangan pekerjaan, bekerja keras dalam berusaha memakmurkan bumi. Kontribusi kita adalah ketika kita  bekerja keras ditempat-tempat kita bekerja yang bebas dari kedholiman, tidak mengambil hak orang lain dan bebas riba - karena kalau lingkungan kerja kita masih ada riba kita bukan berperang di jalanNya tetapi berperang melawanNya ( QS 2 :279). Meskipun kontribusi ini serba sedikit, tetapi semoga yang dengan serba sedikit itulah Allah mendatangkan barakahNya.

Tidak semua harus berhasil memang, tetapi Allah pasti tidak menyia-nyiakan amal perbuatan kita.  Hal ini seperti orang-orang yang diperintahkan untuk berjihad, Allah sendirian mampu mengalahkan semua musuhNya – tetapi Dia hendak menguji kita satu sama lain, siapa yang mengikuti perintahNya dan siapa yang tidak. Dan bila dengan ijinNya pula diantara kita ada yang syahid di jalanNya, maka insyaAllah Dia-pun tidak menyia-nyiakan amalan kita.

Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti. Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.” (QS 47 :4)

Peperangan yang ada di depan mata kita kini adalah perang melawan ketidak-adilan system ekonomi yang membuat amat sangat kaya segelintir orang dan memiskinkan mayoritasnya. Perang terhadap system ekonomi yang membuat orang menghalalkan segala cara, memakan riba dan menjerat mayoritas pekerja dalam genggaman kekuasaannya. Perang terhadap system ekonomi yang menciptakan ketergantungan suatu negeri dengan (produk) dari negeri lain. Maka dengan bekal yang serba sedikit yang kita kumpulkan – semoga Allah memberkahinya sehingga cukup untuk kita semua, semoga Allah memerdekakan kita dari cengkeraman ketidak adilan dan debu-debu riba. Amin.

Monday 28 May 2012


Meat Production Wastes Natural Resources

Raising animals for food requires massive amounts of land, food, energy, and water and contributes to animal suffering.

LAND

According to the United Nations, raising animals for food (including land used for grazing and land used to grow feed crops) now uses a staggering 30 percent of the Earth's land mass. More than 260 million acres of U.S. forest have been cleared to create cropland to grow grain to feed farmed animals, and according to scientists at the Smithsonian Institution, the equivalent of seven football fields of land is bulldozed worldwide every minute to create more room for farmed animals.
Livestock grazing is the number one reason that plant species in the United States become threatened and go extinct, and it also leads to soil erosion and eventual desertification that renders once-fertile land barren.
While factory farms are ruining our land, commercial fishing methods such as bottom trawling and long-lining have virtually emptied millions of square miles of ocean and pushed many marine species to the brink of extinction. Commercial fishing boats indiscriminately pull as many fish as they can out of the sea, leaving ecological devastation and the bodies of nontarget animals in their wake.

FOOD

Raising animals for food is grossly inefficient, because while animals eat large quantities of grain, soybeans, oats, and corn, they only produce comparatively small amounts of meat, dairy products, or eggs in return. This is why more than 70 percent of the grain and cereals that we grow in this country are fed to farmed animals.
It takes up to 16 pounds of grain to produce just 1 pound of meat, and even fish on fish farms must be fed up to 5 pounds of wild-caught fish to produce 1 pound of farmed fish flesh.

ENERGY

It takes more than 11 times as much fossil fuel to make one calorie from animal protein as it does to make one calorie from plant protein. Raising animals for food gobbles up precious energy. Simply add up the energy-intensive stages of raising animals for food: (1) grow massive amounts of corn, grain, and soybeans (with all the required tilling, irrigation, crop-dusters, etc.); (2) transport the grain and soybeans to feed manufacturers on gas-guzzling 18-wheelers; (3) operate the feed mills (requiring massive energy expenditures); (4) transport the feed to the factory farms (again, in gas-guzzling vehicles); (5) operate the factory farms; (6) truck the animals many miles to slaughter; (7) operate the slaughterhouse; (8) transport the meat to processing plants; (9) operate the meat-processing plants; (10) transport the meat to grocery stores; (11) keep the meat refrigerated or frozen in the stores until it's sold.

WATER

Between watering the crops that farmed animals eat, providing drinking water for billions of animals each year, and cleaning away the filth in factory farms, transport trucks, and slaughterhouses, the farmed animal industry places a serious strain on our water supply. Nearly half of all the water used in the United States goes to raising animals for food. In 2008, John Anthony Allan, a professor at King's College London and the winner of the prestigious Stockholm Water Prize, urged people worldwide to go vegetarian because of the tremendous waste of water involved with eating animals.

It takes more than 2,400 gallons of water to produce 1 pound of meat, while growing 1 pound of wheat only requires 25 gallons. You save more water by not eating a pound of meat than you do by not showering for six months! A totally vegan diet requires only 300 gallons of water per day, while a typical meat-eating diet requires more than 4,000 gallons of water per day.

RAIN FOREST

According to Greenpeace, all the wild animals and trees in more than 2.9 million acres of the Amazon rain forest in Brazil were destroyed in the 2004-2005 crop season in order to grow crops that are used to feed chickens and other animals in factory farms.
One of the main crops grown in the rain forest is soy—in fact, much of the enormous amount of soy that is needed to feed the world's farmed animals now comes from the rain forest. (The soy that is used in veggie burgers, tofu, and soy milk in the United States is almost exclusively grown domestically, not in the Amazon.)
If we simply ate soy and other plant foods ourselves instead of feeding them to farmed animals, we would not need to raise nearly as many crops, and we could eliminate the need to decimate the rain forest.

POLLUTION

What do we get back from all the grain, fossil fuels, and water that go into making animal products? Tons and tons of feces. According to the Environmental Protection Agency (EPA), the runoff from factory farms pollutes our waterways more than all other industrial sources combined.

FECAL CONTAMINATION

Animals raised for food in the U.S. produce far more excrement than the entire U.S. human population, roughly 89,000 pounds per second, all without the benefit of waste-treatment systems. According to Oregon State University agriculture professor Peter Cheeke, factory farming constitutes "a frontal assault on the environment, with massive groundwater and air pollution problems."
There are no meaningful federal guidelines that regulate how factory farms treat, store, and dispose of the trillions of pounds of concentrated, untreated animal excrement that they produce each year. This waste may be left to rot in huge lagoons or sprayed over crop fields; both of these disposal methods result in runoff that contaminates the soil and water and kills fish and other wildlife. The concentration of parasites, bacteria, and chemical contaminants in animal excrement can wreak havoc on the ecosystems affected by farm runoff and can sicken people who live near these farms. 

THE WATER WE DRINK

Many of the millions of pounds of excrement and other bodily waste produced by farmed animals every day in the U.S. are stored in sprawling, brown lagoons. These lagoons often seep or spill into surrounding waterways and kill massive numbers of fish and other animals.
The EPA reports that chickenhog, and cattle excrement has polluted 35,000 miles of rivers in 22 states and contaminated groundwater in 17 states. When 25 million gallons of putrid hog urine and feces spilled into a North Carolina river in 1995, between 10 million and 14 million fish died as an immediate result.
In West Virginia and Maryland, scientists have discovered that male fish are growing ovaries, and they suspect that this deformity is the result of factory farm runoff from drug-laden chicken feces.
The massive amounts of feces, fish carcasses, and antibiotic-laced fish food that settle below fish farm cages also contribute to water pollution and have actually caused the ocean floor to rot in some areas.

THE AIR WE BREATHE

A Consumers Union study in Texas found that animal feedlots in the state produce more than 14 million pounds of particulate dust every year and that the dust "contains biologically active organisms such as bacteria, mold, and fungi from the feces and the feed." The massive amounts of excrement produced by these farms emit toxic gases such as hydrogen sulfide and ammonia into the air.
When the cesspools holding tons of urine and feces get full, factory farms frequently dodge water pollution limits by spraying liquid manure into the air, creating mists that are carried away by the wind. People who live nearby are forced to inhale the toxins and pathogens from the sprayed manure. In addition, according to a report by the California State Senate, "Studies have shown that [animal waste] lagoons emit toxic airborne chemicals that can cause inflammatory, immune, irritation and neurochemical problems in humans."
The good news is that it's easier than ever to switch to an Earth-friendly vegan diet. Take PETA's Pledge to Be Vegan for 30 Days. After a month, you will likely see an improvement in your health and your conscience will be lighter, knowing you are doing your part to help the environment and the animals used for food.