sponsor

Wednesday, 30 May 2012


Habib Rizieq : Imam Ghazali menganjurkan gunakan kekuatan untuk nahi munkar tanpa izin penguasa.

Bilal
Senin, 21 Mei 2012 14:22:29
JAKARTA (Arrahmah.com) - Tanggapan danbantahan terhadap pernyataan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Ali Musthofa Ya’qub terus berdatangan. Kali ini bantahan terhadap pernyataan yang melarang nahi munkar dengan kekuatan dan membatasinya hanya patut dilakukan oleh penguasa serta berdalih dengan pendapat Imam Ghazali. Ditanggapi oleh Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab, bahwa nahi munkar dengan kekuatan justru diharuskan pada saat-saat tertentu.
“Dalam menyikapi rencana konser Lady Gaga di Indonesia, imam besar Masjid Istiqlal, Musthofa Ya’qub dalam acara ILC di TV One tanggal 19/5/2012 jam 20.00 s/d 23.000 wib dan tanggal 19/5/2012 jam 20 wib menyatakan bahwaHujjatul Islam Imam Al ghazali rahimahullah dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” melarang nahi munkar dengan kemunkaran seperti anarkisme. Ya, nahi munkar dengan kemunkaran atau anarkisme memang dilarang. Tetapi nahi munkar dengan kekerasan tidak ada larangan jika diperlukan,” kata Habib Rizieq melalui pesan singkatnya yang dikirimkan ke media Islam, Jakarta (21/5).
Lebih dari itu, menurut Habib Rizieq, yang ia temukan dalam kitabnya Imam Ghazali berbanding terbalik dengan pernyataan Ali Ya’qub yang melarang nahi munkar dengan kekuatan. Imam Ghazali menurutnya memberikan ruang bagi penggunaan power tanpa legitimasi penguasa.
“Justru, Imam Ghazali dalam kitab Ihya' nya tersebut menganjurkan nahi munkar dengan kekuatan senjata jika diperlukan, bahkan tidak perlu izin Imam/ pemerintahan. Apa Imam Ghazali dengan kitab Ihya' nya ada DUA? Yang satu menolak kekerasan dan yang lainnya menganjurkan kekerasan? Atau ada yang salah baca kitab?” ujarnya
Lanjut Habib Rizieq, Nabi SAW sudah memberikan contoh yang agung terkait penggunaan kekuatan dan bersikap lemah lembut dengan proporsional sesuai kebutuhan fitrah manusia dalam menghadapi keadaan.
“Dalam situasi perang Nabi SAW sangat keras, dan dalam situasi damai Rasulullah SAW sangat lembut  berdakwah tetapi sangat tegas dalam berhisbah (penegakan amar ma’ruf nahi munkar),” tuturnya.
Habib Rizieq pun memberikan fakta sejarah terkait kebenaran Rasulullah menggunakan kekuatan dan kekerasan dalam menghadapi kemunkaran.
“Buktinya beliau SAW membakar masjid dhiror, memecahkan gentong khamar, memukul pemabuk, mencambuk pelaku qodzaf, memotong tangan pencuri, dan merajam Zani Muhson,” tegasnya.
Habib Rizieq juga mengingatkan, bahwa bentuk kepatuhan terhadap penguasa ada batasannya, bukan membabi buta.
“Taat kepada ulil amri (baik diartikan ulama ataupun umara) memang wajib SELAMA si penguasa taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya,” pungkas Habib Rizieq. (bilal/arrahmah.com)

No comments:

Post a Comment